Eurofighter Typhoon, Pesawat Tempur Terhandal Di Era Modern

07 December 2012

 

     Dengan berbagai pesawat tempur modern yang ada  tak ada yang sebaik Eurofighter Typhoon . Performa tempurnya setara dengan F-22 Raptor atau F-35 Lightning II ataupun sama Dassault Rafale dan banyak menjadi bahan diskusi pada maret 2005, orang hanya bisa memilih antara Raptor atau Typhoon. Namun sulit rasanya membandingkan kedua pesawat tersebut karena Raptor dan Typhoon masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam teknologi, manuver dan persenjataannya. Pesaing Eurofighter Typhoon lainnya adalah Dassault Rafale, F-16 IN Block 52, Jas 39 Gripen, F/A-18 E/F Superhornet dan MIG-35.



Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur multirole generasi keempat dengan desain sayap Delta dan Canard buatan konsorsium bersama negara-negara Eropa dalam Eurofighter GmbH, Holding Company Eurofighter GmbH terdiri atas tiga perusahaan aeronautical ternama seperti Alenia Aeronautica (Itali), BAE System (United Kingdom), EADS ( Perancis, Jerman dan Spanyol) yang dibentuk mulai tahun 1986. Proyek tersebut dikelola oleh NATO Eurofighter and Tornado Management Agency. Sampai saat ini Typoon sudah dipakai di British Royal Air Force, German Luftwaffe, Italian Air Force, Spanish Air Force dan Austrian Air Force serta Saudi Arabia telah meneken kontrak pembelian senilai U.S$ 9.5 billion untuk 72 unit pesawat berbeda dengan Dassault Rafale yang belum menghasilkan kontrak di satu negarapun meskipun pengembangannya dilakukan bersama-sama pada awalnya. 
Sejarah Perkembangan Eurofighter Typhoon 
     Pada tahun 1979 British Aerospace dan Messerschmitt Bolkow Blohm menawarkan proposal resmi kepada pemerintah masing-masing untuk membentuk ECF (European Collaborative Fighter), dan pada bulan oktober 1979 Dassault bergabung dan membentuk tri national study yang kemudian dikenal sebagai European Combat Aircraft sebagai awal mula pengembangan pesawat dan nama Eurofighter pun melekat dalam diri pesawat. Akan tetapi masing-masing membuat prototipe sendiri-sendiri, Perancis dengan ACX, Inggris dengan P.106 ( Desain pesawat tempur ringan bermesin tunggal/ yang mirip dengan Jas 39 Gripen ) dan P.110 ( Desain mesin ganda ), namun Royal Air Force menolak desain P.106 karena alasan efektifitas biaya dengan mesin ganda. Jerman barat membuat konsep TFK-90, namun pada tahun 1981 proyek ECA bangkrut dikarenakan berbagai alasan dan perbedaan kebutuhan, Dassault mendesak untuk memimpin desain dan meminta Inggris untuk memberi referensi menggunakan mesin jet RB-199 yang baru atau mesin jet Snecma M88 mereka. Pada bulan april 1982 Panavia partners (BAE, MBB, Aeritalia) meluncurkan program ACA lagi, desain ACA sangat mirip dengan konsep P.110 BAE, memiliki sayap Delta, adanya Canard dan ekor kembar dan perbedaan yang mencolok adalah penggantian saluran udara (air intake) di samping menjadi posisi di dagu pesawat, mesin menggunakan versi modifikasi dari mesin jet RB199. Pemerintah Jerman dan Italia menarik dana dan Departemen pertahanan Inggris setuju untuk mendanai 50% dan sisanya akan ditanggung oleh Industri yang terlibat didalamnya. MBB dan Aeritalia ikut mendaftar untuk menghasilkan dua pesawat, satu di Warton dan satu di MBB, Pada bulan mei 1983 BAE mengumumkan kontrak dengan Kementrian pertahanan untuk pengembangan dan produksi sebuah ACA demonstrator atau Experimental Aircraft Programme.
     Pada tahun 1983 Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol meluncurkan program Future European Fighter Aircraft (FEFA), pesawat ini memiliki sistem STOL (Short Take Off and Landing) dan kemampuan BVR (Beyond Visual Range), pada tahun 1984 Perancis meminta kemampuan lebih pada pesawat dan ingin mendominasi kepemimpinan dan hasilnya Inggris, Italia dan Jerman keluar dan membentuk program FEFA sendiri. Di turin agustus 1985 Italia, Jerman barat dan Inggris setuju unutk meneruskan program Eurofighter, pengunguman ini menegaskan juga bahwa perancis dan spanyol tidak ikut serta dalam program, meskipun pada awalnya spanyol tidak ikut karena tekanan perancis namun spanyol bergabung kembali pada september 1985. Perancis secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dan meneruskan program pesawat ACX lagi yang kemudian kita kenal dengan Dassault Rafale. Pada tahun 1986 diumumkan biaya program mencapai £180 million, dan ketika program EAP dimulai seharusnya biaya ditanggung bersama oleh pemerintah dan tiga industri terkait akan tetapi perjanjian ketiga pemerintah mulai goyah dan tiga industri (BAe, MBB dan Aeritalia) terpaksa mengeluarkan £100 million agar program tetap berjalan, pada bulan april 1986 BAe EAP dikeluarkan di BAe Warton dan sebagian didanai oleh BAe, MBB dan Aeritalia. EAP pertama kali terbang pada 6 agustus 1986 dan dengan berbagai riset dan pengembangan selama 5 tahun konsep Eurofighter didasarkan pada desain EAP. Perjanjian produksi awal adalah Inggris 250 unit, Jerman 250 unit, Itali 165 unit dan Spanyol 100 unit, bagian dari proses produksi dibagi atas proporsi industri di tiap-tiap negara, BAe (33%), DASA (33%), Aeritalia (21%) dan CASA (13%). Munich tahun 1986 Eurofighter Jagdflugzeug GmbH didirikan untuk mengelola pengembangan proyek dan Eurojet Turbo GmbH sebuah aliansi dari Roll Royce, MTU Aero engine, Fiat Avio dan ITP untuk mengembangkan mesin jet EJ-200 Turbofan, Pesawat ini juga disebut Eurofighter EFA diakhir tahun 1980 dan dinamakan EF 2000 pada tahun 1992.
     Pada tahun 1990 pemilihan Radar pesawat menjadi masalah serius, Inggris, Italia dan Spanyol mendukung Ferranti Defence System / ECR-90 sedangkan Jeman memilih MSD 2000 berbasis APG-65 ( buatan Hughes, AEG dan GEC-Marconi). Sebuah kesepakatan dicapai setelah Menteri pertahanan Inggris meyakinkan pihak Jerman bahwa pemerintah Inggris akan menanggung biaya dan mengikutsertakan GEC-Marconi ke dalam Ferranti Defence System sehingga GEC menarik diri dari pengembangan MSD 2000. Penerbangan perdana prototipe Eurofighter berlangsung pada 27 maret 1994, Peter Weger kepala pilot penguji dari DASA melakukan uji penerbangan di sekitar Bavaria, dan pada 9 desember 2004 prototipe Eurofighter Typoon IPA4 menjalani tiga bulan test Cold Environmental Trial (CET) di pangkalan udara Vidsel, Swedia. Tujuannya adalah menverivikasi perilaku operasional pesawat dan sistem dalam suhu antara -25 dan -31 derajat celecius. Pada Mei 2007 Eurofighter Development Aircraft 5 berhasil terbang perdana menggunakan CAESAR Demonstrator yang merupakan pengembangan dari Euroradar CAPTOR digabung dengan teknologi AESA (Active Electronically Scanned Array). Penerbangan perdana IPA7 telah lengkap dalam tahap kedua di lapangan terbang EADs Manching pada 16 januari 2008. Produksi Versi radar CAPTOR-E sedang diusulkan untuk tahap ketiga produksi Typoon mulai tahun 2012 , tahap kedua tidak menggunakan AESA, mekanikal scan radar CAPTOR-M mencakup ketentuan berat dan ruang yang memungkinkan untuk meng-upgrade CAESAR(AESA) Standart di masa depan. Angkatan Udara Italia meragukan bahwa radar AESA akan siap pada tahap ketiga produksi, pada bulan juli 2010 Eurofighter mengungumkan bahwa radar AESA akan mulai digunakan pada tahun 2015.
     Kontrak produksi pertama di tandatangani pada tanggal 30 januari 1998 antara Eurofighter GmbH, Eurojet dan NETMA, jumlah total pengadaan adalah sebagai berikut : Inggris 232 unit, jerman 180 unit, Italia 121 unit dan Spanyol 87 unit. Produksi kembali di alokasikan menurut pengadaan, BAe (37%), DASA (29%), Aeritalia (19,5%) dan CASA (14%). Pada tanggal 2 september 1998 Upacara penamaan diadakan di Farnborough Inggris, diberi nama resmi Typhoon tapi hanya versi export saja pada awalnya tapi ditentang oleh Jerman karena sama dengan nama pesawat Hawker Typoon pesawat pembom RAF waktu perang WWII dengan Nazi jerman, diusulkan lagi nama Splitfire namun ditolak lagi dengan alasan ada nama pesawat yang sama. Pada September 1998 ditandatangani kontrak untuk produksi 148 unit pesawat pada tranche (tahap produksi) pertama dan pengadaan barang yang relatif lama sampai Tranche kedua, pada bulan maret 2008 pesawat terakhir dari tranch pertama telah dikirim berturut-turut ke Luftwaffe Jerman sebelum tranche kedua dan pada 21 oktober 2008 pesawat pertama dari order 91 pesawat pada tranche kedua telah dikirim ke RAF Coningsby. Pada bulan oktober 2008 negara -negara anggota Eurofighter mempertimbangkan untuk membagi 236 unit pesawat dalam Tranche ketiga menjadi dua tahap di bulan juni 2009. Marsekal Udara RAF Sir Glenn Torpy menyarankan bahwa armada RAF mungkin hanya 123 jet dari 232 unit yang direncanakan, dalam menanggapi pengurangan jumlah pesawat PM Inggris Gordon Brown menegaskan Inggris akan bergerak maju pada pembelian batch ketiga. Sebuah kontrak untuk bagian pertama tranche 3a ditandatangani di akhir juli 2009 untuk 112 split pesawat untuk empat negara mitra, Inggris 40 unit, Jerman 31 unit, Italia 21 unit dan Spanyol 20 unit. 40 pesawat ini dikatakan menutupi saham Inggris dalam proyek oleh Komodor Udara Chris Bushell dikarenakan biaya lebih yang diberikan dalam proyek. Pada tahun 1988 Parlemen di bawah sekretaris negara angkatan bersenjata inggris mengatakan kepada House of Commons bahwa Eurofighter akan menjadi proyek besar, biaya inggris sebesar £7 milliar namun perkiraan realistisnya sekitar £13 milliar, terdiri atas £3.3 miliiar biaya pengembangan plus £30 juta per pesawat, pada tahun 1997 perkiraan biaya adalah £17 milliar, tahun 2003 £20 milliar dihitung dari pengiriman pesawat pertama ke RAF selama 54 bulan namun pada tahun 2003 Departemen pertahanan menolak untuk merilis perkiraan biaya dengan alasan ketidaketisan.     
     Pada 21 November 2003 prototipe kursi ganda DA-6 jatuh karena mesin jet terbakar kata penyelidikan dari sumber yang terkait namun tak ada korban jiwa. Produksi Eurofigter Typoon termasuk unik karena perakitan bagian pesawat dilakukan di empat negara mitra, negara mitra merakit pesawatnya sendiri-sendiri tapi memproduksi komponen yang sama dalam produksi 683 unit pesawat termasuk order export. sebuah jalur perakitan kelima akan dibentuk untuk memproduksi 48 unit pesanan Arab Saudi.
Riwayat Tempur
     
     Pada bulan juli 2007 Eurofighter Typhoon RAF diikutsertakan dalam latihan Indra-dhanush di India melawan pesawat tempur Sukhoi 30-MKI milik Angkatan Udara India namun IAF melarang pilot untuk menggunakan radar MKI dengan alasan sangat rahasia, dan RAF mengakui bahwa manuver sukhoi lebih baik dari typhoon karena mereka sudah mempelajarinya sebelumnya dan pilot IAF pun terkesan dengan kelincahan Typhoon di udara.
     Typhoon mampu mencapai kecepatan supersonik tanpa afterburner, ini disebut supercruise. menurut website resmi dari Angkatan Udara Jerman dan Austria Typhoon mampu mencapai kecepatan maksimum Match 1,2 dan 1,5 tanpa rehat sekalipun dan hasil test dari RAF terhadap pesawatnya mampu mencapai Match 1,1 supercruise namun itu hanya sugesti dan menurut laporan sumber lain mengatakan bahwa kecepatan itu hanya bisa dicapai karena pesawat dalam keadaan kosong tanpa muatan namun mereka membantah bahwa faktanya tidak semua senjata perlu bersertifikat untuk penerbangan supersonik sekalipun dengan afterburner.
     Konsorsium Eurofighter memiliki tingkat kecepatan subsonik dan supersonik yang lebih besar, akselerasi yang lebih cepat Match 0,9 pada ketinggian 20.000 kaki daripada F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, Mirage 2000, Rafale, Sukhoi SU-27 maupun Mikoyan Mig-29.
     Pada 2005 trainer Typhoon T1 dilaporkan terlibat dogfight dengan dua F-15 US Air Force dekat new england dan menang meskipun perlu verifikasi tentang berita ini, dan di Singapura 2005 juga Typhoon memenangkan tiga test pertempuran dengan tiga F-16 RSAF, perlu verifikasi juga. namun Singapura tetap melanjutkan pembelian F-15 karena ketidakpastian pengiriman Tranche kedua. Dengan kemampuan air to ground capabilty RAF menggunakan Rafael (Ultra Electronics Litening III Laser Designator) dan Enhanced Paveway II/III Laser Guided Bomb serta Paveway IV EGBU-16 Bombs dalam “Austere” program.
     Meskipun bukan pesawat siluman Typhoon berusaha untuk mengurangi Radar Cross Section (RCS) terutama dari bagian depan, sebagai contoh adalah adanya lubang jet yang menyembunyikan bagian depan mesin jet, desain canard, sayap dan sirip tepian sayap yang bertugas menyapu penerimaan radar, beberapa senjata eksternal dipasang di bagian semi tersembunyi didalam badan pesawat sebagian juga berfungsi sebagai perisai rudal, Radar Absorbent Materials (RAM) dikembangkan oleh EADS/DASA melindungi banyak reflektor penting seperti wing leading edges, intake edges and interior, rudder surround, strakes dll.     
     Typhoon tidak menggunakan penyimpanan senjata internal tapi menggunakan External mounting points yang berfungsi untk meminimalkan penerimaan radar tapi juga bisa membawa muatan lebih banyak. Eurofighter menggunakan Automatic Emission Control (EMCON) untuk mengurangi emisi elektro magnetic dari arus mekanis pemindai radar, Captor-M adalah radar pertama NATO dengan tiga dari dua chanel yang bekerja salah satunya berfungsi mengenali Jammer dan menekan jamming.
     Rencana jerman dalam BW-Plan 2009 mengindikasikan bahwa jerman akan membekali atau meretrofit Eurofigternya dengan AESA-Captor-E mulai 2012, inovasi ini juga untuk memenuhi persyaratan RAF untuk memindai bidang yang lebih luas tapi tetap dibatasi sampai 120 derajat di Azimut dan elevasi. Menurut RAF RCS Eurofighter lebih baik dari persyaratan yang ditentukan oleh RAF, komentar dari BAE System menunjukkan kembalinya radar sekitar seperempat dari Tornado. Eurofighter diperkirakan memiliki RCS kurang dari satu meter persegi dalam konfigurasi bersih oleh penulis Doug Ricardson meskipun tidak ada nilai resmi tersedia, hal ini dibandingan dengan estimasi RCS Rafale dari dua meter persegi, 20 meter persegi dari Sukhoi SU-30MKI, 1 meter persegi dari Sukhoi SU-35BM dan 0,025 persegi dari F-117.     
     Para produsen telah melakukan test pada Eurofighter Prototipe awal untuk mengoptimalkan karakteristik observability rendah pesawat pada awal 1990-an. Pengujian di fasilitas BAE Warton pada prototipe DA4 mengukur RCS pesawat terbang dan meneliti efek dari berbagai lapisan RAM, ukuran lain untuk mengurangi penemuan adalah penggunaan sensor pasif yang dapat meminimalkan radiasi emisi elektronik berbahaya sementara canard umumnya memiliki sedikit karakteristik siluman. Sistem kontrol penerbangan dirancang untuk meminimalkan RCS dalam penerbangan, mempertahankan elevon trim dan canard disudut untuk meminimalkan RCS.
     Pada tanggal 4 agustus 2003 Jerman menerima seri produksi Eurofighter pertama (GT003) juga pada tahun itu Spanyol mengambil pengiriman pesawat produksi pertama dan pada 16 desember 2005 Typhoon mencapai kemampuan operasional awal atau IOC dengan angkatan udara Italia, Typhoon pun sudah bertugas sebagai pesawat tempur di Grosseto Air Base dan segera ditugaskan sebagai pemukul cepat siaga di base yang sama. Pada tanggal 9 agustus 2007 Departemen Pertahan Inggris melaporkan bahwa Skuadron no XI dari RAF berdiri sebagai skuadron pertama Typhoon pada tanggal 27 maret 2007 telah menerima pengiriman dua pesawat pertama, dua pesawat dari skuadron XI dikirim untuk mencegat Tupolev TU-95 Rusia mendekati wilayah udara Inggris pada 17 agustus 2007.
     Typhoon RAF telah dinyatakan siap tempur untuk misi udara ke darat pada 1 juli 2008 dan di proyeksikan akan siap untuk digunakan dalam operasi pada pertengahan 2008, pada 25 april 2008 Typhoon dari Skuadron 17 di RAF Coningsby yang beroperasi di U.S Naval Air Weapons Station China Lake Test Center di California dilaporkan mengalami kerusakan parah saat mendarat ketika landing gear tapi perusahaan memberitakannya dan sebuah dewan penerangan dibentuk untuk menyelidiki kejadian tersebut dan menyatakan penyebab kecelakan pada kesalahan pilot semata. Pada tanggal 11 september 2008 dilakukan program test penerbangan yang diikuti oleh lima mitra angkatan udara dan industri dimana pesawat telah melampaui 50.000 jam penerbangan. pada tanggal 31 maret 2009 Typhoon pertama kali meluncurkan Rudal AMRAAM dengan radar pada mode pasif, data sasaran yang diperlukan untuk rudal tersebut diperoleh dari radar Typhoon kedua dan dikirimkan menggunakan Multi Functional Information Distribution System ( MIDS). Pada tanggal 17 juli 2009 Eurofigter Angkatan Udara Italia dikerahkan untuk melindungi wilayah udara Albania dan pada september 2009 4 Typhoon RAF dikerahkan RAF Mount Pleasant menggantikan F3 Tornado untuk membela kepulauan Falkland dan pemerintah Argentina pun mengeluarkan protest resmi.
     Pada tanggal 24 agustus 2010 proyek Eurofighter terancam berakhir dikarenakan adanya insiden kecelakaan jatuhnya pesawat Typhoon dua kursi yang menewaskan seorang Pilot Angkatan Udara Saudi Arabia yang duduk dikursi depan tanpa ada alasan yang jelas saat lepas landas di Moron Air Base Spanyol dan dugaan ahli adanya serangan burung yang menyebabkan kerusakan pada sensor penting pesawat, Pilot Instruktur dari spanyol selamat setelah berhasil meloloskan diri lewat kursi lontar setelah kejadian itu Angkatan Udara Jerman menggrounded sekitar 55 pesawat Typhoonnya pada 16 september 2010 dan pada 17 september 2010 RAF mengistirahatkan sementara program latihan Typhoon namun unit pemukul cepat tetap disiagakan. Pada 21 september 2010 RAF melakukan pembenahan pada sistem keselamatannya untuk tetap melakukan penerbangan rutin di RAF Coningsby. Angkatan Udara Austria juga tidak terpengaruh dengan kejadian tersebut dan tetap mensiagakan Typhoonnya untuk terbang.
     Eurofighter Typhoon diproduksi dalam dua varian, varian kursi tunggal dan kursi ganda namun varian kursi ganda hanya untuk versi trainer saja. Pesawat diproduksi dalam tiga standar utama , Tujuh Development Aircraft (DA), Tujuh produksi standart Instrumented Production Aircraft (IPA) untuk pengembangan lebih lanjut dan Seri Pesawat Produksi. Produksi pesawat dilakukan di Empat negara mitra dan industri. Tranche pertama produksi pesawat dimulai dari tahun 2000 dan kemampuan pesawat meningkat secara bertahap dengan upgrade masing-masing Software yang menghasilkan standar yang berbeda-beda dan dikenal sebagai Block, dengan diperkenalkannya standart Block 5, retrofit program R2 akan membawa semua pesawat ke model standart.

Spesifikasi  Eurofighter Typhoon
Persenjataan
  • Guns : 1 x 27 mm Mauser BK-27 Revolver cannon with 150 rounds.
  • Hardpoints : total 13 : 8 dibawah sayap, 5 dibawah fuselcage dgn beban angkut max 7500 kg. * Missiles :
  • Air to Air Missiles : AIM-9 Sidewinder, AIM-132 ASRAAM, AIM-120 AMRAAM, IRIS-T, MBDA Meteor.
  • Air to Surface Missiles : AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM, Storm Shadow/Scalp EG, Brimstone, Taurus KEPD 350, Penguin dan AGM Armiger.
  • Bombs : Paveway II/III/ Enhanced Paveway Laser Guided Bombs, JDAM, HOPE/HOSBO.
Perangkat lain :
* Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod.
* Electronics Counter Measures (ECM) pods.
* Litening III Laser targeting pods.
* Up to 3 drop tanks

sumber :
  • http://konteninformasi.blogspot.com
  • wikipedia dan berbagai sumber lainnya
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Powered by Blogger.

Social Icons

Featured Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hendra' Blogs - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger